Mengenal Teknologi Peuyeumisasi, Metode Ubah Sampah Jadi Batu Bara Nabati
Pusing dengan sampah yang menimbun di sekitar lingkungan kita? Kini waktunya kita melakukan perbuatan suatu hal. Diantaranya memproses sampah jadi bahan bakar, seperti mengambil tehnologi peuyeumisasi untuk memperoleh batu bara nabati.
Agen Judi Slot Strategi Main Slot Untuk Para Beginner |
Apa itu peuyeumisasi? Penemu cara itu sekaligus juga Komisaris Penting comestoarra.com, Supriadi Legino menjelaskan cara peuyeumisasi ialah penyebutan lain untuk biodrying, yaitu cara pengeringan yang di inspirasi dari alam.
Semua sampah dimasukkan ke boks bambu memiliki ukuran 2x1,25x1,25 m3 dengan sisi atas terbuka. Boks itu dapat memuat sampah memiliki ukuran 500 kg sampai 1 ton. Setelah itu, sampah didiamkan jadi kering manfaatkan cahaya matahari dibantu dengan bioaktivator untuk mengurai sampah dalam tempo 3--7 hari, bergantung material sampah.
Sesudah kering, berbau tidak enak dari sampah akan hilang. Setelah itu, petugas dapat memisah di antara sampah organik, biomassa, plastik (PVC serta Non-PVC), dan endapan. Semuanya membutuhkan kerja sama alias gotong royong dari masyarakat.
"Ide gotong royong benar-benar mendukung kesuksesan pemrosesan sampah di sumber. Dari analisis sosiologi serta psikologi, warga Indonesia memerlukan tehnologi yang simpel tetapi penuh akan nilai-nilai budaya," papar Supriadi dalam launching yang diterima Liputan6.com, beberapa lalu.
Bambu, sambung ia, diambil sebab sama dengan warga Indonesia. Ukuran boks peuyeum dikatakannya agronomis. Hasil peuyeumisasi berbentuk bahan baku padat atau pelet yang disebut batu bara nabati.
Menurut Ketua Eksekutor Safari TOSS serta CEO dari Comestoarra.com, Arief Noerhidayat, lewat peuyeumisasi, tingkat kelembapan material sampah dapat didesak di bawah 15 %. Sesaat, ash konten sekitar 2--25 % bergantung tipe material sampah.
Setelah itu, material itu dites pada kompor pelet serta gasifier yang ditingkatkan bersama-sama Usaha Kecil Menengah (UKM) di Bali serta Malang. Menurutnya, pelet sampah mempunyai nilai kalor seputar 3.000--4.000 kcal/kg
"Alhamdulillah, kami sangat percaya dengan kualitas dari energi kerakyatan yang kami cermat serta uji dibantu oleh warga ditempat dan UKM," tutur Arief.
Arief mengatakan jika sekarang ini kompor pelet dan gasifier sudah dibuat dengan cara terbatas untuk keperluan riset serta peningkatan dan program CSR beberapa perusahaan, seperti PLN, PT Indonesia Power, serta PT Indofood Sukses Makmur. Pelet yang diubah jadi gas sintetis lewat cara gasifikasi dapat digunakan untuk menjalankan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD).
Gas sintetis itu berkesempatan untuk mensubtitusi solar atau gas hingga dapat turunkan ongkos inti produksi pembangkit listrik. Dalam penelitian kelanjutan, pelet dipakai untuk bahan baku co-firing 1--5 %, yaitu kombinasi batu bara pada PLTU, seperti diaplikasikan di PLTU Jeranjang, Lombok, serta PLTU Lontar, Tangerang, yang kerja sama juga dengan PT Indonesia Power.
"Satu rintangan penting penyebaran ini, ke mana pelet akan dialirkan atau dipasarkan? Alhamdulillah, PT Indonesia Power ingin memuat," tambah Supriadi.